September 09, 2009

Kiat Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng Cetak Qori dan Penghafal Quran

Muslim Jatim - Kiat Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng Cetak Qori dan Penghafal Quran. SAMPAI saat ini, telah ribuan qori dan penghafal Quran yang dicetak Madrasatul Quran (MQ). Pada setiap penyelenggaraan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional, hampir selalu ada santri dan alumninya yang mampu menjadi juara. Baik yang tampil atas nama Jombang maupun daerah lainnya. ''Santri kita memang berasal dari seluruh wilayah nusantara,'' urai KH Abdul Hadi Yusuf, pengasuh MQ.


Para santri dan alumni MQ terasah tampil di semua cabang yang dilombakan dalam MTQ. Mulai qiroah bi nadzar, hifdzil dari 1 juz sampai 30 juz, tafsir, syarhil Quran, tartil Quran, fahmil Quran maupun khottil atau kaligrafi ayat-ayat Quran.

''Kita memang punya agenda rutin untuk menggelar lomba pada semua cabang tersebut,'' terangnya. Mulai dari tingkat kamar, antar kamar dalam satu komplek, juga antar komplek dalam satu lingkup pesantren.

Setiap hari, dari bangun tidur sampai tidur lagi, para santri memang tidak lepas dari mempelajari Alquran. Usai salat subuh, para santri sudah harus setoran Alquran. Santri program hafalan menyetorkan tambahan hafalan baru, sedangkan santri lainnya menyetorkan bacaan baru. Setelahnya, para santri mengikuti pelajaran sekolah di kelas sampai tengah hari. Materi ajar di sekolah juga tidak lepas dari Alquran. ''Materi umum hanya 40 persen. Sementara yang 60 persen ilmu agama termasuk Alquran,'' terangnya. Saat ini, dilingkungan pesantren telah terdapat MTs, Aliyah dan SMP.

Usai salat Ashar, santri kembali diharuskan mengulang bacaan Quran secara mandiri. Setelah Magrib, baru dilanjutkan dengan mudarosah kelompok. Para santri membentuk kelompok yang terdiri dari tiga orang. Satu santri menjadi penghafal, satu penyimak tanpa mushaf Quran dan satu lagi menyimak dengan membuka mushaf Quran. Selepas salat Isya, para santri mengikuti jam wajib belajar yakni mendalami materi ajar sekolah di kelas.

Keberadaan MQ tidak lepas dari Pesantren Tebuireng. Pendiri pesantren Tebuireng KH Hasyim Asyari sangat menyukai lembaga pendidikan Alquran. Dia juga sangat menyukai santri yang hafal Quran. ''Sekitar tahun 1923, di Tebuireng bahkan telah ada santri yang bergiliran menjadi imam shalat tarawih sepanjang bulan Ramadan dengan bacaan Alquran sampai hatam.''

Pada 1936, KH Wahid Hasyim mendirikan Madrasah Nidhomiyyah yang khusus mempelajari bahasa Alquran. Sampai akhirnya pada 15 Desember 1971, para kiai Tebuireng sepakat untuk membentuk MQ. Sebagai pengasuh pertama, diserahkan kepada KH Yusuf Mashar yang merupakan suami salah satu cucu KH Hasyim. ''Yang menjadi pengasuh pertama memang Abi (KH Yusuf Mashar, Red), tetapi untuk bangunan pondok, semuanya yang mendirikan KH Hamid Baidlowi, menantu KH Wahid Hasyim,'' beber KH Abdul Hadi Yusuf. (yr)

Dikutip dari jawapos.co.id

Selengkapnya >>>

Juni 11, 2009

Kecewa Peresmian Islamic Center Ditunda

PAMEKASAN-Pantas bila pengusaha kecil dan menengah (UKM) di Madura kecewa atas ditundanya peresmian gedung Islamic Center oleh Presiden SBY. Sebab, dalam acara yang sedianya digelar kemarin itu mereka sudah siap memromosikan hasil produksinya.

Informasi yang diterima koran ini menyebutkan, sedikitnya ada 20 pengusaha kecil dari empat kabupaten di Madura ambil bagian dalam acara peresmian. Produk yang hendak ditampilkan berupa batik, souvenir, dan makanan khas.

Padahal, mereka sudah mempersiapkan diri untuk menyambut orang nomor satu di Indonesia itu berkunjung ke Pamekasan. Bahkan, menurut Ketua Forum Pengusaha Kecil Madura (FPKM) Suroso, para pengusaha kecil sudah 100 persen siap dari H-1 (Selasa, 9/6).

Produk yang akan dipamerkan cukup banyak. Misalnya, Bangkalan akan mengirim batik Tanjung Bumi, jamu tradisional, busana Sakera, kerajinan agel, dan souvenir lainnya. Pengusaha kecil Sampang akan memajang batik dan camilan khas. Pengusaha Pamekasan sendiri akan promosi batik sutra dan batik tulis. Sedangkan Sumenep sudah siap menjajakan kerupuk singkong, jubede, dan produk yang berbahan dasar rumput laut.

Suroso secara pribadi memaklumi adanya penundaan peresmian Islamic Center. Sebab, agenda presiden sangat padat. Setelah peresmian Jembatan Suramadu presiden harus kembali ke Jakarta.

"Menurut informasi yang saya terima, siang ini (kemarin, Red) presiden harus berangkat ke KPU Pusat untuk menghadiri deklarasi damai. Bahkan, agenda makan siangnya di Juanda, Surabaya," ujarnya di kantor FPKM.

Sementara itu, suasana di gedung Islamic Center kemarin tampak lengang. Tenda mewah yang disediakan untuk presiden dan tamu kehormatan yang berdiri di halaman gedung dijadikan tempat bermain anak-anak sekitar. Hingga kemarin waktu peresmian Islamic Centre belum ada kepastian.

Selengkapnya >>>

Juni 07, 2009

Para Habaib Sarankan Istri SBY Berjilbab

Ulama habaib di wilayah tapal kuda bersama barisan DPW PPP Jatim memberi seruan moral kepada pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan cawapres Boediono.

Mereka menganjurkan supaya keduanya mewajibkan istrinya supaya berjilbab (penutup kepala). Seruan moral itu disampaikan di sela-sela deklarasi dukungan kepada pasangan itu yang diikuti hampir 1.000 jamaah dan pengurus dari 10 DPC PPP se-Jatim di Ponpes Habib Sodiq Desa Brani Kulon Kecamatan Maron, Sabtu (6/6).

Perwakilan DPC PPP itu di antaranya DPC PPP Kota dan Kabupaten Probolinggo, DPC PPP Kota dan Kabupaten Pasuruan, DPC PPP Bondowoso, DPC PPP Tuban, DPC PPP Kota Surabaya, DPC PPP Kota dan Kabupaten Malang, ditambah DPC PPP Kota Batu.

“Dukungan ini harus diimbangi dengan sikap dari keduanya, supaya benar-benar menjadi suri tauladan. Menutup aurat adalah kewajiban dalam syariat, maka sepatutnya sebagai muslim yang taat, maka itu harus dilakukan,” ujar Habib Abdul Qodir Al Hamid seusai acara deklarasi kepada Surya.

Ketua Plh DPW PPP Jatim Musyafak Rauf juga menandaskan, dirinya juga menyarankan kepada pasangan SBY-Budiono supaya istri keduanya bisa mengenakan jilbab. Namun, apabila saran itu tidak dilakukan, DPW PPP Jatim tidak akan menarik. “Yang akan dipilih kan pak SBY dan Boediono. Ini hanya saran, supaya masyarakat Jatim tambah mantap,” tandasnya.

Kami kutip dari http://www.surya.co.id/2009/06/07/para-habaib-sarankan-istri-sby-berjilbab.html

Selengkapnya >>>

April 20, 2009

PonpesAl Maghrobi Tuban Sembuhkan Banyak Penjahat

Pondok Pesantren (Ponpes) Perut Bumi Al Maghrobi termasuk aneh. Selain bertempat di goa bawah tanah –bekas tempat pembuangan sampah– ponpes di Jl Gedungombo, Kabupaten Tuban, ini juga telah menyembuhkan puluhan pecandu narkoba dan membuat insyaf sejumlah pelaku kejahatan.

Tatkala panas matahari menyengat permukaan bumi, Senin (13/4) siang, suasana dalam Ponpes Perut Bumi Al Maghori tetap terasa sejuk seperti pagi hari. Di salah satu aula pondok yang dibangun di bawah tanah seluas 1,5 hektare itu berkumpul para santri dan Kiai Subhan Mubarokh.

Kiai Subhan adalah pendiri dan pengasuh ponpes ‘aneh’ ini. Dia biasanya sibuk dengan rutinitas melayani ribuan jamaah yang datang dari berbagai penjuru Tanah Air untuk melakukan istighosah di ponpes, setiap Sabtu dan Minggu

Sejak dibangun pada tahun 2002 silam, ponpes tersebut terus berkembang. Bukan hanya masyarakat dan para petinggi Jatim maupun nasional saja yang sering bertandang ke pondok dengan bangunan tujuh tingkat di bawah tanah ini, sejumlah orang penting dari negara lain juga. Misalnya, para pejabat dari Australia, Mesir, Irak, Kuait, dan Yaman.

Selain bangunannya unik, santri-santri yang menuntut ilmu di Ponpes Perut Bumi Al Maghori juga tergolong luar biasa. Antara lain, para mantan pecandu narkoba, perampok, pencuri, bajing loncat, pembunuh, dan pemabuk. Penampilan mereka pun tak seperti para santri ponpes pada umumnya. Di ponpes ini, tubuh sebagian besar santri penuh tato.

Berawal dari rasa bersalah, dan kesadaran yang timbul pada diri mereka, para pelaku kejahatan itu memilih jalan tobat dengan cara nyantri di pondok tersebut untuk mendapatkan bimbingan agama. Terbukti, sudah puluhan santri sembuh dengan sentuhan Islami ala Ponpes Perut Bumi Al Maghori.
Kini tinggal 10 santri yang berada di ponpes tersebut. Salah satunya adalah Fadilah, 28, pemuda asal Purbalingga, Jateng, yang sudah 18 bulan menjadi santri.

Kepada Surya, lelaki bertubuh ceking penuh tato ini mengaku sebelumnya merupakan salah satu orang yang dicari polisi lantaran berbagai kejahatan jalanan dan kebiasan mengkonsumsi narkoba. Sebelum ke ponpes, dia juga mengaku setiap malam bermimpi aneh-aneh, termasuk tentang kiamat.
“Setelah itu saya ingin taubat dan ada teman yang menunjukkan pondok ini,” terang lelaki berkacamata tersebut.

Sejak nyantri kepada Kiai Subhan, dia mengaku hidup lebih tenang. Tidak ada lagi bayang-bayang dosa yang terus menyelimuti setiap malam seperti saat masih berada di jalanan.

Fadilah adalah satu dari puluhan penjahat dan pecandu narkoba yang berhasil sembuh di Ponpes Perut Bumi Al Maghori. Bagaimana cara dia sembuh? Menurut Kiai Subhan, semua santri diwajibkan bangun setiap pagi pukul 03.00 WIB kemudian mengikuti istighosah sampai waktu subuh.
Setelah itu, dilanjutkan dengan wirid dan mengaji sampai pagi. “Pas pagi, sekitar pukul 06.00 WIB, untuk semua santri sudah disediakan mie dan kopi untuk sarapan bersama,” katanya.

***
Kiai Subhan menceritakan, sejak ponpes dibangun, dirinya tidak pernah meminta sumbangan kepada siapapun. Bahkan, akunya, setiap santri tidak dipungut biaya tetapi justru mendapat jatah makan senilai Rp 10 ribu setiap hari.

“Tempat ini dulunya lokasi pembuangan sampah. Alhamdulillah, meski pembangunannya membutuhkan uang sangat banyak –mengingat sebagian besar bahan dari marmer– kami tidak pernah meminta bantuan. Kami sangat bersyukur setiap tahun bisa dua kali memberi santunan kepada keluarga kurang mampu diwilayah sekitar,” ujar kiai kelahiran Lamongan ini.

Mengenai para santri yang mondok di sana, Kiai Subhan mengaku tidak pernah membedakan atau membatasi orang yang mau mendalami islam. Meskipun bekas penjahat atau bekas pecandu, kalau benar-benar ingin bertobat pasti dia terima.

Demikian halnya dengan para warga di Tuban, Kiai Subhan tidak pernah membedakan. Setiap bertemu orang yang sedang menggelar acara minum tuak, misalnya, dia tak segan memberi mereka uang. “Semua sama saja. Kita sama-sama manusia, jadi harus saling menghargai,” ujarnya.

Bagaimana dengan tempat kegiatan di Ponpes Perut Bumi Al Maghori? Menurut Kiai Subhan, untuk kegiatan rutin para santri menggunakan aula pondok. Tetapi, jika ada ratusan atau bahkan ribuan tamu datang dari berbagai daerah —biasanya naik puluhan bus– maka istighosah dilaksanakan di masjid dalam ponpes yang di tengahnya terdapat bangunan seperti ka’bah.

“Kalau dilihat dari luar memang terlihat sangat kecil, seperti hanya untuk jalan keluar-masuk saja, tapi di dalam lokasinya sangat luas. Teruma di masjid dan sekitar ‘ka’bah’,” sambungnya sambil menunjukkan bangunan serbamarmer di bawah tanah itu.

Kiai Subhan juga bicara mengenai kericuhan di depan pondok yang melibatkan anaknya, Briptu Zuhroni Ahmad (bukan Sahroni seperti ditulis sebelumnya, Red), anggota Polres Surabaya Utara yang meletuskan tembakan gara-gara kisruh dengan warga sekitar. Dia menyerahkan sepenuhnya masalah itu kepada proses hukum.

“Saya yakin anak saya tidak bersalah. Dia sedang membela bapaknya dan membela santrinya,” kata Subhan.

Seperti diberitakan, Sabtu (11/4) sekitar pukul 21.30 WIB Zuhroni berkelahi dengan warga sehingga meletuskan tembakan ke sebuah botol. Pemicunya, seorang santri melapor melihat ada supir bus pembawa rombongan jemaat dimintai uang oleh warga yang mabuk. Kasus Briptu Zuhroni sekarang masih ditangani pihak Provost Polres Surabaya Utara.

kami kutip dari surya.co.id

Selengkapnya >>>
 
© free template by Blogspot tutorial| Muslim Jatim |