April 15, 2009

Siswa MTsN 2 Kediri Teliti Plethekan, yang Bisa Obati Diabetes

Nama latinnya Ruellia Tubrosa. Masyarakat biasa menyebut dengan plethekan. Khasiatnya, mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Hebatnya, hal itu diketahui berkat penelitian dua siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Kediri.

Kelas IX-A adalah salah satu kelas unggulan di MTsN 2 Kediri. Jumlah siswanya sama dengan kelas yang lain, 40 orang. Siang itu, kelas unggulan tersebut terasa tenang walaupun semua siswa berada di dalamnya. Mereka terlihat serius memelototi lembaran kertas soal yang tergeletak di meja. Di sebelahnya, ada kertas jawaban ukuran folio.

Ketenangan kelas dengan dominasi warna hijau tersebut karena penghuninya tengah mengikuti ulangan harian. Saat itu giliran mata pelajaran matematika yang diujikan.

Selang dua jam kemudian, beberapa siswa mulai bangkit dari duduknya. Kemudian meninggalkan ruang kelas. Di antara yang melakukan itu adalah dua siswi yang keluar dengan wajah ceria. Tidak tampak raut murung.

"Tadi soalnya tidak terlalu sulit," ungkap Safitri Nindya Kirana, sesampainya di luar kelas.

Cewek 15 tahun itu juga sedang menunggu teman sekelasnya, Debyta Tejo Saputri. Safitri dan Deby bersahabat. Selain sebaya, keduanya juga tergabung dalam satu tim penelitian.

Ketika sudah bersama-sama, keduanya pun menceritakan kegemaran meneliti sembari menuju laboratorium. Safitri, yang anak seorang dokter bedah, mengaku selalu penasaran dengan dunia ilmiah. "Saya selalu ingin meneliti hal-hal baru," ujar putri pasangan dr Bambang Sunyoto, SpB dan Sita Koesyantari itu.

Dari keingintahuannya itulah, tiga tahun yang lalu, saat dia masih duduk di bangku kelas tujuh MTsN 2, datang inspirasi untuk meneliti. "Idenya datang dari nenek buyut saya," kata cewek yang juga memiliki hobi fotografi itu.

Saat itu nenek buyutnya menderita sakit diabetes melitus atau kelebihan gula darah. Penyakit itu membuat salah satu kaki nenek buyutnya hampir diamputasi.

Namun, tiba-tiba salah seorang pembantu rumah tangga di rumahnya menyarankan sang nenek buyut untuk meminum seduhan dari daun plethekan. Diminum setiap hari. Tanpa diduga kadar gula darah nenek buyutnya mulai menurun. Efek terbesarnya, kaki sang nenek buyut juga tak jadi diamputasi. Hal itu terjadi setelah sekitar tiga bulan mengonsumsi air daun plethekan. "Dari situ saya jadi ingin meneliti kandungan daun plethekan," katanya.

Seperti apa tumbuhan plethekan itu? Safitri menjelaskan bahwa tumbuhan itu banyak tumbuh liar di kebun atau di pagar-pagar hidup. Tumbuhan itu memiliki bunga berwarna ungu. Disebut plethekan (meledak) karena jika buahnya yang sudah kering terkena air maka akan meledak dan keluar bijinya.

Alhasil, atas bantuan ayahnya, dia memulai penelitian di rumahnya sendiri. Profesi ayahnya sebagai dokter sangat membantu. Segala peralatan laboratorium seperti jarum suntik, tabung reaksi, dan mikroskop tidak terlalu sulit didapatkan.

Namun Safitri kewalahan jika melakukan penelitian seorang diri. Dia mengajak Deby. Juga meminta bimbingan dari guru biologinya di sekolah, Enik Kurniawati.

Waktu penelitian relatif lama. Tiga tahun! Selama itu mereka berulang kali melakukan penelitian pada hewan percobaan yang dipilih, marmut. Tak tanggung-tanggung, selama penelitian mereka telah menghabiskan 48 ekor marmut!

Banyaknya marmut yang mereka gunakan karena setiap kali hewan tersebut mati, langsung diganti dengan marmut baru. "Jadinya banyak sekali marmutnya," tambah Deby.

Sebagai hewan percobaan, marmut-marmut itu dibagi kedalam empat kelompok. Kelompok pertama diberi makanan kangkung tanpa campuran daun plethekan. Sedangkan tiga kelompok lainnya diberi makanan dengan campuran daun plethekan dengan kadar yang berbeda. Yaitu 5 gram, 10 gram, dan 15 gram.

Hasilnya, marmut yang diberi plethekan dengan kadar 10 gram memiliki kandungan gula darah yang rendah. Tapi, justru yang mendapatkan 15 gram kondisi kesehatannya memburuk akibat terlalu rendah kadar gulanya. "Malah hampir mati," ujar Deby sambil tertawa.

Dari situ akhirnya mereka berkesimpulan bahwa daun plethekan bisa menurunkan kadar gula darah pada manusia. Dengan cara membuat dan mengonsumsi yang relatif mudah.

Menurut Safitri, setiap orang bisa membuat ramuan daun plethekan ini. Caranya, tujuh lembar daun plethekan dicuci bersih. Kemudian diiris tipis-tipis dan dioven selama 10 menit dengan suhu 100 derajat Celcius. Setelah itu diseduh dengan menggunakan air panas sebanyak 200 mililiter. Dan diminum tiga kali sehari. "Kayak bikin teh, kok," timpal Deby.

Bagi yang tidak memiliki oven, daun bisa langsung diseduh dengan menggunakan air panas. Bedanya, nanti warna yang dihasilkan akan berbeda. "Tapi khasiatnya tetap sama," tambah putri pasangan Sutejo Basuki dan Nisaul Karomah itu.

Hasil penelitian mereka itu juga berhasil membawa mereka ke ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2009 pada bulan Maret yang lalu. Di ajang internasional itu, penelitian mereka berhasil masuk ke babak grandfinal dan memukau para juri. "Cuma kami masih lemah dalam bahasa Inggris," aku Safitri.

Tidak hanya itu, saat mereka harus memamerkan penelitian itu kepada para pengunjung, daun plethekan yang mereka bawa dari Kediri ludes diminta pengunjung. "Kami membawa sekitar 200 bungkus ekstrak daun plethekan," pungkas Safitri.

Kami dikutip dari jawapos.co.id

0 komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial| Muslim Jatim | Siswa MTsN 2 Kediri Teliti Plethekan, yang Bisa Obati Diabetes